Harga Perak (XAG/USD) melanjutkan reli untuk sesi ketiga berturut-turut, mencetak level tertinggi baru dalam 14 tahun di $42,17 pada perdagangan sesi Asia Jumat (12/9). Logam mulia ini menarik minat beli seiring meningkatnya ekspektasi Pasar terhadap tiga kali pemangkasan suku bunga Federal Reserve (The Fed) tahun ini, setelah klaim pengangguran awal AS naik ke level tertinggi sejak Oktober 2021.
Lonjakan klaim pengangguran, bersama dengan laporan Nonfarm Payrolls (NFP) yang lemah pekan lalu, menutupi data inflasi konsumen yang lebih tinggi dari perkiraan. Perlu dicatat, ketika suku bunga rendah, investor cenderung beralih ke aset non-bunga demi mencari imbal hasil lebih tinggi.
Departemen Tenaga Kerja AS (DoL) pada Kamis melaporkan bahwa klaim pengangguran awal naik ke 263 ribu, tertinggi sejak 2021, melampaui ekspektasi 235 ribu dan angka sebelumnya 236 ribu (revisi dari 237 ribu). Sementara itu, Biro Statistik Tenaga Kerja AS (BLS) merilis laporan inflasi yang menunjukkan Indeks Harga Konsumen (CPI) tahunan naik 2,9% pada Agustus, sesuai ekspektasi. Inflasi bulanan CPI meningkat 0,4% dari kenaikan 0,2% pada bulan sebelumnya.
Permintaan safe haven terhadap Perak semakin kuat di tengah ketegangan geopolitik yang berlanjut. Pada Rabu, Polandia mencegat drone Rusia yang memasuki wilayah udaranya dengan dukungan pesawat tempur NATO, sementara Israel meningkatkan ofensif pada Selasa dengan menargetkan pimpinan politik Hamas. Selain itu, kapal induk tercanggih China, Fujian, baru-baru ini melintasi Selat Taiwan dan memasuki Laut China Selatan—kedua jalur perairan yang sangat sensitif, menurut Reuters.
Dari sisi industri, permintaan kuat dari sektor energi surya, kendaraan listrik, dan elektronik terus memperketat Pasar fisik Perak yang masih terbatas akibat kekurangan pasokan. (az)
Sumber: FXStreet