Harga Emas spot menembus $4.000 per ons untuk pertama kalinya pada Rabu (8/10), karena kekhawatiran terhadap ekonomi AS dan penutupan Pemerintah AS memberi dorongan baru pada reli yang membara.
Emas spot sempat naik hingga 1,9% ke puncak baru $4.059,31 per ons pada Rabu dan diperdagangkan di $4.042,03 pada pukul 16:59 di New York.
Ini merupakan tonggak penting bagi Emas batangan, yang dua tahun lalu masih diperdagangkan di bawah $2.000, dengan imbal hasil yang kini jauh melampaui saham sepanjang abad ini. Tahun ini, Emas telah melonjak lebih dari 54% di tengah beragam ketidakpastian terkait perdagangan global, independensi Federal Reserve, dan stabilitas fiskal AS.
Meningkatnya ketegangan geopolitik juga mendongkrak permintaan aset lindung nilai tahun ini, sementara bank-bank sentral terus membeli logam mulia tersebut dalam laju yang tinggi.
Reli ini kian mendesak karena investor mencari perlindungan dari potensi guncangan Pasar setelah kebuntuan pendanaan Pemerintah di Washington. Dimulainya siklus pelonggaran moneter The Fed juga menjadi berkah bagi Emas, yang tidak memberikan bunga. Investor merespons dengan membanjiri exchange-traded funds (ETF); ETF berbasis Emas mencatat arus masuk bulanan terbesar dalam lebih dari tiga tahun pada September.
Emas menembus $4.000 bukan sekadar soal ketakutan ini mengenai realokasi,” kata Charu Chanana, ahli strategi di Saxo Capital Markets Pte. “Dengan data ekonomi jeda dan pemangkasan suku bunga di cakrawala, imbal hasil riil melunak, sementara saham-saham sarat AI terlihat mahal. Bank sentral membangun fondasi reli ini, tetapi investor ritel dan ETF kini mendorong tahap berikutnya.”
Harga Emas biasanya mengikuti tekanan ekonomi dan politik yang lebih luas. Logam ini menembus $1.000/ons setelah krisis keuangan global, $2.000 saat pandemi Covid, dan $3.000 ketika rencana Tarif pemerintahan Trump mengguncang Pasar global pada Maret.
Kini, logam mulia tersebut menembus $4.000 di tengah, antara lain, serangan Presiden AS Donald Trump terhadap The Fed, termasuk ancaman terhadap Ketua Jerome Powell dan dorongan untuk mengganti Gubernur Lisa Cook ujian paling jelas sejauh ini terhadap otonomi bank sentral AS.(yds)
Sumber: Bloomberg