Harga Perak sedikit melemah pada perdagangan sesi AS hari Rabu (24/9), bertahan di dekat $44/oz, level tertinggi 14 tahun. Sentimen masih ditopang ekspektasi dua pemangkasan suku bunga The Fed lagi tahun ini, meski nada hati-hati Jerome Powell menjaga ketidakpastian jangka pendek. Dolar AS yang melonjak serta imbal hasil US Treasury yang cenderung datar membuat aksi ambil untung terbatas, sehingga bias naik tetap terjaga menjelang rilis PCE—gauge inflasi favorit The Fed—pada Jumat.
Dari sisi fundamental, permintaan industri tetap menjadi tulang punggung reli: rantai pasok fotovoltaik/panel surya di Tiongkok dan belanja semikonduktor mendorong konsumsi Perak untuk pasta konduktif dan aplikasi presisi. Arus dana ke instrumen berbasis logam mulia masih solid, membantu menahan volatilitas saat harga mendekati rekor. Di tengah pasokan tambang yang tidak bertumbuh cepat dan scrap yang sensitif harga, keseimbangan Pasar cenderung ketat, membuat Perak responsif terhadap kejutan pada data inflasi dan pergerakan Dolar.
Geopolitik turut memberi dukungan “safe haven”. Ketegangan Rusia–NATO dan gangguan infrastruktur energi meningkatkan permintaan aset lindung nilai, dengan Emas memimpin dan Perak “tertarik” mengikutinya. Ke depan, data PCE dan klaim pengangguran AS akan menjadi penentu arah: inflasi yang mendingin berpotensi memperkuat skenario pelonggaran The Fed dan memperpanjang konsolidasi Perak di atas $43,5–44,0, dengan area $44,5–$45,0 sebagai target psikologis berikutnya. (Arl)
Sumber : Newsmaker.id