Harga Minyak turun tipis pada Kamis (25/9), yang mundur dari level tertinggi tujuh pekan pada sesi sebelumnya, karena sebagian investor mengambil untung setelah saham AS ditutup melemah dan menjelang prospek permintaan musim dingin yang lebih lambat serta kembalinya pasokan dari Kurdistan.
Kontrak berjangka Brent turun 43 sen atau 0,6% menjadi $68,88 per barel pada 13:10 GMT. Kontrak berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS melemah 48 sen atau 0,7% ke $64,51 per barel.
Kedua acuan Minyak tersebut naik 2,5% pada Rabu ke level tertinggi sejak 1 Agustus, didorong penurunan mengejutkan pada persediaan Minyak mentah mingguan AS dan kekhawatiran bahwa serangan Ukraina terhadap infrastruktur energi Rusia dapat mengganggu pasokan.
“Saat ini Pasar cenderung risk-off,” kata Giovanni Staunovo, analis komoditas di UBS, menambahkan dua hari penurunan beruntun saham AS ikut menekan harga Minyak. Komentar Ketua The Fed Jerome Powell pada Selasa tentang valuasi saham yang mungkin sudah terlalu tinggi juga semakin mengguncang Pasar, termasuk Minyak, kata Jorge Montepeque dari Onyx Capital Group.
Tekanan harga juga datang dari ekspektasi negatif pada fundamental pasokan, dengan lebih banyak Minyak diperkirakan segera datang dari Irak dan Kurdistan. “Kembalinya pasokan Kurdistan memunculkan kembali kekhawatiran narasi kelebihan pasokan, mendorong koreksi harga yang berada dekat tertinggi tujuh minggu,” ujar Priyanka Sachdeva, analis Pasar senior di Phillip Nova.
Arus Minyak dari Kurdistan Irak diperkirakan akan kembali dalam beberapa hari setelah delapan perusahaan Minyak mencapai kesepakatan pada Rabu dengan Pemerintah federal Irak dan Pemerintah regional Kurdistan untuk melanjutkan ekspor.(yds)
Sumber: Reuters