Minyak mempertahankan kenaikan terbesarnya dalam sepekan terakhir, karena Presiden AS Donald Trump meningkatkan retorikanya terhadap Rusia dan para pedagang memperhatikan gangguan pasokan dari anggota OPEC+.
Minyak Brent bergerak di bawah $68/barel setelah naik 1,6% pada Selasa, sementara WTI berada di atas $63/barel. Sentimen ditopang retorika Presiden AS Donald Trump yang mendesak NATO menembak jatuh pesawat Rusia yang melanggar wilayah udara serta mendorong Eropa memangkas pembelian energi dari Moskow.
Risiko pasokan kian disorot setelah Rusia mempertimbangkan pembatasan ekspor diesel menyusul serangan drone Ukraina ke infrastruktur energi, termasuk jaringan pipa. Di Eropa, gasoil (termasuk diesel) ditutup naik 2,4%, kenaikan harian terbesar dalam tiga pekan.
Analis UBS Giovanni Staunovo menilai harga tetap ditopang stok OECD yang rendah dan potensi penarikan besar persediaan AS, meski kenaikan ekspor Minyak mentah OPEC+ pada September menjadi penahan.
Dari sisi suplai lain, Irak memfinalisasi kesepakatan untuk mengaktifkan kembali ekspor Kurdistan setelah dua tahun terhenti, berpotensi menambah sekitar 230 ribu bph ke Pasar global dan memperbesar risiko surplus.
Di AS, laporan industri menunjukkan persediaan crude turun 3,8 juta barel pekan lalu, sementara distillate meningkat; data resmi menyusul nanti.
Selisih dua kontrak Desember terdekat juga melebar dari < $1 menjadi $1,43/barel, mengindikasikan keketatan jangka pendek meski prospek fundamental masih bervariasi.(yds)
Sumber: Bloomberg
