Harga Minyak bertahan setelah reli terbesar dalam sepekan. Brent diperdagangkan sedikit di bawah $68/barel (naik 1,6% Selasa), sementara WTI berada di atas $63/barel. Sentimen didorong pernyataan Presiden AS Donald Trump yang mendesak NATO menembak jatuh pesawat Rusia yang melanggar wilayah udara dan meminta Eropa memangkas impor energi dari Moskow, sembari menilai peluang Ukraina untuk menang kian terbuka.
Risiko pasokan ikut meningkat setelah Rusia mempertimbangkan pembatasan ekspor diesel menyusul serangan drone ke infrastruktur energi termasuk jaringan pipa. Analis menilai pemangkasan ekspor produk olahan cenderung bullish bagi Minyak mentah karena kilang di wilayah lain harus meningkatkan operasi, terutama jelang musim dingin ketika permintaan tinggi.
Di sisi lain, potensi tambahan pasokan datang dari Irak yang tengah memfinalisasi kesepakatan ekspor kembali dari wilayah Kurdistan setelah dua tahun terhenti—sekitar 230 ribu bph berpeluang masuk Pasar dan menambah tekanan surplus. Di AS, laporan industri menunjukkan persediaan crude turun 3,8 juta barel pekan lalu, sementara distillate meningkat; data resmi dirilis Rabu.
Struktur Pasar memperlihatkan Penguatan. Prompt spread Brent berada di backwardation sekitar $0,70/barel, dua kali lipat dibanding dua pekan lalu, menandakan keketatan jangka pendek. Pada pukul 13:14 di Singapura, Brent Nov naik 0,1% ke $67,69/barel, dan WTI Nov menguat 0,1% ke $63,50/barel.(ads)
Sumber: newsmaker.id
