Harga Minyak mentah kembali melemah pada perdagangan hari Selasa, mencatat penurunan untuk kelima kalinya secara beruntun. Tekanan datang dari meningkatnya kekhawatiran kelebihan pasokan global yang diperkirakan akan menciptakan surplus pada kuartal keempat tahun ini hingga memasuki 2026. Brent merosot menuju level $66 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) bergerak mendekati $62 per barel.
Pasar kian tertekan setelah muncul kabar bahwa Irak akan segera melanjutkan ekspor Minyak melalui wilayah Kurdistan, yang sempat terhenti selama dua tahun karena sengketa pembayaran. Jika benar terealisasi, sekitar 230.000 barel per hari diperkirakan kembali masuk ke Pasar internasional, menambah tekanan terhadap harga.
Selain itu, meningkatnya produksi dari negara-negara anggota OPEC+ serta tambahan pasokan dari produsen di luar kelompok tersebut semakin memperkuat proyeksi kelebihan pasokan. Badan Energi Internasional (IEA) bahkan memperingatkan bahwa suplai bisa melampaui permintaan dengan margin rekor dalam beberapa waktu ke depan.
Dari sisi geopolitik, tekanan tambahan muncul setelah Perdana Menteri Kanada, Mark Carney, menyerukan sekutu Barat untuk segera menjatuhkan sanksi sekunder terhadap Rusia. Sementara itu, mantan Presiden AS Donald Trump juga mendesak Eropa menghentikan impor energi dari Moskow, meski sejauh ini Tiongkok sebagai pembeli terbesar Minyak Rusia belum terkena Tarif tambahan.(ads)
Sumber: Bloomberg.com
