Harga Minyak turun pada perdagangan Asia, Jumat (12/9), dipicu kekhawatiran permintaan global yang melambat dan meningkatnya pasokan. Meski begitu, Minyak Brent dan WTI masih mencatat kenaikan tipis sepanjang pekan ini, ditopang ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina serta konflik di Timur Tengah. Brent kontrak November melemah 0,5% menjadi $66,03 per barel, sementara WTI turun 0,6% ke $61,74 per barel.
Laporan bulanan Badan Energi Internasional (IEA) memperberat sentimen, menyebut produksi Minyak global 2025 berpotensi naik 2,7 juta barel per hari, lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya 2,5 juta bpd. Sebaliknya, OPEC+ memperkirakan permintaan 2025 naik 1,29 juta bpd, hampir dua kali lipat proyeksi IEA. Meski akhir pekan lalu OPEC+ sepakat menaikkan produksi dengan porsi lebih kecil dari yang dikhawatirkan Pasar, kekhawatiran akan surplus tetap menekan harga.
Dari sisi makroekonomi, data ekonomi AS yang lemah serta inflasi konsumen (CPI) yang masih naik menimbulkan kecemasan permintaan energi bisa tertekan. Namun, CPI tersebut juga memperkuat ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed pekan depan, yang membuat Dolar AS melemah dan memberi sedikit dukungan bagi harga Minyak.
Faktor geopolitik juga ikut mempengaruhi Pasar. Laporan menunjukkan AS sedang mendorong negara-negara G7 untuk mengenakan Tarif lebih tinggi terhadap pembeli Minyak Rusia, khususnya India dan China. Washington bahkan mendorong Tarif hingga 100%, dari saat ini sekitar 50%. Sementara itu, ketegangan geopolitik di Eropa dan Timur Tengah membuat Pasar tetap waspada terhadap potensi gangguan pasokan.(ayu)
Sumber: newsmaker.id