Harga Minyak stabil di area $68.04 memasuki sesi Asia pada Selasa (26/08) setelah naik sekitar 2% pada Senin, melanjutkan kenaikan pekan lalu, seiring para pedagang mengantisipasi sanksi AS yang lebih ketat terhadap Minyak Rusia dan serangan Ukraina terhadap infrastruktur energi Rusia yang dapat mengganggu pasokan.
Kontrak berjangka Brent ditutup naik $1,07, atau 1,58%, ke $68,80, sementara kontrak berjangka West Texas Intermediate (WTI) menguat $1,14, atau 1,79%, ke $64,80.
AS tengah berupaya menengahi kesepakatan damai antara Ukraina dan Rusia untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung 3,5 tahun. “Ada kesan pembicaraan damai berjalan lambat,” kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group. “Bisa saja ada sanksi terhadap Rusia jika pembicaraan ini tidak berjalan baik.”
Presiden AS Donald Trump kembali mengatakan pada Jumat bahwa ia akan menjatuhkan sanksi terhadap Rusia jika dalam dua minggu tidak ada kemajuan menuju penyelesaian damai di Ukraina. Ia juga menyatakan bisa mengenakan Tarif keras kepada India terkait pembelian Minyak Rusia. Akhir pekan lalu, Wakil Presiden AS JD Vance mengatakan Rusia telah membuat “konsesi signifikan” menuju penyelesaian melalui negosiasi.
Ukraina, yang meningkatkan serangan terhadap infrastruktur energi Rusia, pada Minggu melancarkan serangan drone yang memicu kebakaran besar di terminal ekspor bahan bakar Ust-Luga, kata pejabat Rusia. Kebakaran di kilang Novoshakhtinsk di Rusia, setelah serangan drone Ukraina, terus menyala hingga hari keempat pada Minggu, menurut penjabat gubernur setempat. Kilang tersebut terutama mengekspor produk dan memiliki kapasitas 5 juta ton per tahun, atau sekitar 100.000 barel per hari.
Dampak Pasar dari potensi gangguan pasokan Rusia diimbangi pembalikan serangkaian pemangkasan produksi OPEC+, yang menambah jutaan barel ke Pasar, ujar Ole Hansen, kepala strategi komoditas di Saxo Bank. Delapan anggota kelompok eksportir Minyak itu dijadwalkan bertemu pada 7 September, saat mereka diperkirakan menyetujui penambahan lebih lanjut. Selera risiko investor juga meningkat setelah Ketua Federal Reserve Jerome Powell pada Jumat memberi sinyal kemungkinan pemangkasan suku bunga pada pertemuan September bank sentral AS.
Meski begitu, kedua tolok ukur Minyak tampaknya kekurangan momentum, kata Priyanka Sachdeva, analis Pasar senior di pialang Phillip Nova, seraya menambahkan bahwa Pasar kian yakin Tarif Presiden Trump akan menekan pertumbuhan ekonomi, yang pada gilirannya membatasi permintaan bahan bakar.(ayu)
Sumber: newsmaker.id
