Harga Minyak bergerak stabil pada Selasa (12/8) karena Pasar menimbang dampak penundaan Tarif tinggi AS terhadap Tiongkok oleh Presiden Donald Trump, sekaligus mengantisipasi hasil pertemuannya akhir pekan ini dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Minyak Brent diperdagangkan mendekati $67 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) berada di sekitar $64 per barel, masih berada dekat level terendah dua bulan setelah sesi perdagangan yang lesu pada Senin dan volume rendah di awal sesi Asia. Trump menandatangani perintah eksekutif yang memperpanjang gencatan dagang dengan Tiongkok hingga 10 November, menunda kenaikan Tarif yang semula dijadwalkan berlaku Selasa ini.
Pelaku Pasar kini memusatkan perhatian pada pertemuan antara Trump dan Putin yang dijadwalkan pada Jumat mendatang. Pertemuan ini dipandang berpotensi membahas pelonggaran sanksi terhadap Rusia, salah satu produsen Minyak terbesar dunia. Namun, Trump pada Senin meredam ekspektasi akan tercapainya kesepakatan untuk mengakhiri perang di Ukraina. Ketidakpastian ini membuat Pasar tetap berhati-hati, apalagi harga Minyak mentah telah anjlok lebih dari 10% sepanjang tahun ini.
Tekanan harga dipicu kekhawatiran akan terbentuknya surplus pasokan pada akhir tahun, terutama setelah OPEC+ memutuskan membalikkan pemangkasan produksi yang diberlakukan pada 2023. Keputusan tersebut diambil di tengah tanda-tanda perlambatan pertumbuhan ekonomi global, yang berisiko menekan permintaan energi di kuartal mendatang.
Menurut Vandana Hari, pendiri Vanda Insights, harga Minyak kemungkinan akan tetap bergerak dalam kisaran terbatas hingga pertemuan pada Jumat, namun sedikit lebih rentan terhadap tekanan turun. Volume perdagangan agregat Brent pada Senin tercatat sebagai yang terendah sejak awal Juli dan jauh di bawah rata-rata harian, menunjukkan sikap hati-hati para pelaku Pasar yang menanti kepastian arah harga.
Pasar juga menantikan laporan bulanan dari Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Departemen Energi AS yang akan dirilis Selasa ini. Laporan tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran lebih jelas mengenai keseimbangan penawaran dan permintaan, sekaligus membantu pelaku Pasar menentukan strategi menjelang pekan yang penuh agenda geopolitik dan data fundamental energi.(alg)
Sumber: newsmaker.id
